[OS] Have A Nice Dream


HAVE a nice dream

Title : Have A Nice Dream

Author : Shin a.k.a Berthafitrias

Main cast : Yoona SNSD as Im Yoona , Donghae Super Junior as Lee Donghae

Genre : Romance, fantasy, sad, hurt, family,angst

Rating : PG-15

Poster : kimleehye19@nicefanfiction.wp.com (Thanks buat cover kerennya 😀 )

Note : Annyeong yeoreobun?? Author kembali membawa ff  baru yang pastinya gaje + abal2  -_-

Sebelumnya author mau minta maaf dulu sama readers sekalian kalo ternyata  yang author buat ini nggak terlalu bagus atau malah emang jelek. Atau yang paling parah banyak typo. Hehehe, tolong dimaklumi ya.. author juga mau minta maaf kalau ada yang nggak suka ama pairingnya.  Tapi tolong ya, author ingatkan Don’t bash, ok?

Oh iya, tulisan bercetak miring di part2 tertentu itu mimpi ya ceritanya… 😀

DON’T BE PLAGIATOR OK, Hargailah orang lain jika anda ingin dihargai..!

^_^ Happy reading ~  I Hope you like it..^_^

* * *

Yang dia tahu hanya kesedihan…

Yang dia punya hanya kesepian..

Dan untuk itu, aku harus memberinya mimpi yang indah…

* * *

“Eomma, appa..!”

“Yoongie-yah.. aigoo kau benar-benar sudah besar. Lihatlah betapa cantiknya dirimu”

Yeoja bermata rusa itu tersenyum, lalu memeluk erat dua orang yang begitu berharga dalam hidupnya tersebut.

“Kukira kalian benar-benar pergi meninggalkanku untuk selamanya. Rupanya tidak…” ujarnya sembari bernafas lega.

“Aigoo.. anak appa rupanya penakut eoh?” goda ayahnya sambil tersenyum mengejek.

“Appa!” dengan cepat Yoona mempout bibirnya, kebiasaannya bila kesal yang mampu membuat siapapun gemas karena keimutan yang timbul dari hal tersebut.

“Hahaha… sudahlah oppa, berhenti menggodanya” tegur ibunya membuat ayahnya tertawa.

Yoona yang meski awalnya diam dan tampak cemberut pada akhirnya tersenyum juga. Dia kembali memeluk kedua orangtuanya erat sembari menghirup dalam aroma lili berpadu lemon dari tubuh kedua orangtuanya.

“Jangan pernah tinggalkan aku ya… Aku menyayangi kalian”

* * *

Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Matahari mulai meninggi perlahan meski udara segar yang belum terkontaminasi secara keseluruhan menerpa kulit yeoja itu.

Yoona, menatap pemandangan di bawah apartemennya dengan nafas berat. Aroma khas kopi menyeruak memasuki hidungnya. Membuatnya menyesap perlahan minuman kesukaannya itu.

“Hanya mimpi” setelah sekian lama terdiam akhirnya yeoja itu tersenyum miris. Tertunduk sesaat dalam diam lalu kembali menatap pemandangan di bawah dan depan apartemennya.

Hiruk pikuk kota Seoul dengan berbagai gedung pencakar langit dan suara mesin kendaraan bermotor mulai menghiasi hari Yoona.

Yeoja itu berjalan perlahan, melangkah dengan ringan menuju halte bus terdekat setelah beberapa saat yang lalu telah mandi dan berganti pakaian. Serta mengisi perutnya dengan sarapan roti gandum berselai coklat kacang sebagai penambah energinya.

Yoona kini telah duduk di bangku bus dengan tenang. Melihat sekeliling kota Seoul dari balik kaca transparan bus. Kembali menghela nafas pelan.

“Ya, bagaimanapun juga kau masih hidup dan harus terus berjalan Im Yoona…”

* * *

“Selamat pagi” sapaan dari rekan kerjanya yang tak lain adalah Kwon Yuri membuat Yoona menoleh dan menyunggingkan senyum manisnya. “Pagi” balasnya singkat.

“Kau telat dari biasanya” Yuri tak tahan untuk tak mengomentari keterlambatan Yoona.

Yoona menghela nafas, lalu mengangguk singkat. “Semalam aku tidur larut sekali. Proyek Hamido benar-benar menyita waktuku”

“Oh, pantas saja lingkaran hitam di bawah matamu nampak jelas. Kau pasti kurang tidur”

“Ne, begitulah. Tapi tetap saja itu tidur singkat yang menyenangkan. Aku selalu mendapat mimpi yang indah setiap kali tertidur”

“Wuah kau beruntung” wajah Yuri nampak kesal saat membayangkan sesuatu. “Aku selalu bermimpi buruk semenjak para lintah darat itu mendatangi rumahku dan menakuti ibu dan adikku”

Yoona menatap iba Yuri. Yeoja itu memang sedang terkena masalah finansial karena hutang ayahnya di masa lalu. Sekarang ayah Yuri telah meninggal, namun tetap saja para penagih utang tersebut mengalihkan perhatian pada mereka. Membuat Yuri harus meredam emosinya saat bekerja agar tetap profesional. Pasalnya para penagih hutan itu bahkan pernah nekat mendatangi Yuri ke kantor dan membuat kekacauan.

“Yang sabar ya Yul..” hibur Yoona sambil menepuk bahunya.

“Terimakasih Yoong…”

* * *

“Mwo? Jinja?”

“Eumm…” Yuri nampak mengangguk meyakinkan. “Tadi aku ke toilet dan tak lama manajer Song dan Tiffany masuk. Manajer Song bilang akan ada CEO baru yang menggantikan Mr. Jhon”

“Tapi, kenapa dia mesti digantikan? Bukankah pekerjaannya bagus dan dia tak ada masalah selama disini?”

“Dia warga negara asing Yoong. Wajar bukan jika dia mau pulang kampung?”

Yoona terdiam. Benar juga ya!

“Iya yah. Lalu, siapa CEO kita yang baru?”

“Molla, kalau tak salah namanya.. Lee.. Lee.. apa ya aku lupa!”

“Semuanya ayo berkumpul!” suara menggema Manajer Koh selaku manajer di divisi perencanaan – dimana Yoona dan Yuri berada – menghiasi  ruangan tersebut.

Sontak Yuri dan Yoona langsung ikut dalam barisan. Memasang wajah gugup dan canggung karena telah dipelototi oleh atasan mereka karena lambat masuk dalam barisan.

“Hari ini kita kedatangan CEO baru, menggantikan posisi Mr. Jhon yang akan pindah tugas ke New York”

Yoona tertunduk sesaat, lalu mulai mengangkat wajahnya pelan ketika sebuah sepatu kulit berwarna hitam mengkilat jatuh dalam pandangan matanya.

Seorang namja tampan dengan senyum menawan terasa begitu menyejukkan pandangannya. Yoona hanyut sesaat sebelum akhirnya di tegur oleh Yuri agar tak terbawa suasana.

“Dia yang termuda disini, wajar jika dia masih kurang sopan” Manajer Koh nampak sibuk menjaga citra divisinya saat berhadapan dengan namja tampan tadi.

Yoona mengerutkan dahinya bingung. Memang siapa namja itu?

“Im Yoona, apa yang kau lakukan? Ayo perkenalkan dirimu dengan sopan pada CEO kita yang baru”

“Ne?” dan dengan bodohnya, Yoona menanggapinya dengan wajah terkejut. “Dia CEO baru?!” tentunya dibarengi dengan tatapan maut manajer Koh untuknya.

“Ne, sapalah dia..” sebisa mungkin manajer Koh meredam emosinya agar tetap terlihat baik di hadapan CEO baru tersebut.

“Annyeonghaseyo, aku Im Yoona. Senang berjumpa dengan anda. Dan, mohon bimbingannya” ujar Yoona dengan wajah kaku dan membungkuk sopan.

Namja itu diam, memperhatikan setiap tindakan Yoona dengan intens sebelum akhirnya mengangguk paham.

“Aku Lee Donghae. Senang berjumpa dengan anda juga nona Im. Kau sudah dewasa rupanya”

Sontak ucapan Donghae langsung menimbulkan kontroversi. Tak terkecuali dalam diri Yoona.

Apa maksud namja itu? Kenapa kalimatnya seolah menyiratkan kalau mereka sudah lama kenal dan kembali berjumpa setelah sekian lama terpisah? Aneh…

“Baik, ke divisi mana lagi kita sekarang?” pertanyaan Donghae perlahan mencairkan suasana yang tadinya canggung perlahan menghangat. Manajer Koh terkesiap sesaat sebelum akhirnya membimbing Donghae untuk ke divisi selanjutnya.

Yoona menatap intens Donghae. Melihat dengan lekat punggung namja yang kini menjauh dari dirinya dan ruangan itu sekarang. Entah kenapa, ada rasa aneh yang menyergap perasaannya. Perasaan hangat yang dulu sempat hilang dan kini bangkit dalam dirinya. Seperti kerinduan yang Yoona bahkan tak tahu dia dapatkan darimana saat melihat namja itu.

“Yoong, gwenchana?” suara Yuri perlahan membuyarkan pikirannya. Membuatnya menoleh dan tersenyum manis.

“Uh, CEO baru kita tampan dan usianya masih muda”

“Darimana kau tahu?” tanya Yoona sembari menaikkan satu alisnya.

“Astaga jadi kau tak dengar tadi penjelasan dari manajer Koh? Umur CEO kita yang baru adalah 28 tahun. Masih muda kan untuk ukuran CEO yang sukses seperti itu. Dia juga sempat bekerja di New York dan Paris loh!”

“Jinja?” mata Yoona membulat takjub. Yuri mengangguk pelan sambil mengendikkan bahunya.

“Dia terlalu sempurna ya?” tanya Yuri dengan wajah sok sedih. “Kukira namja yang tampan, cerdas dan murah senyum seperti Lee Donghae sajangnim hanya ada dalam dunia dongeng atau mimpi. Tapi rupanya dia nyata”

Yoona diam. Mencoba meresapi setiap kalimat Yuri. Yeoja itu benar. Donghae jika dipandangi dan diamati dengan cermat akan tampak seperti pangeran dalam cerita dongeng. Bahkan wajah tampan dan otak cerdasnya itu seolah membuat orang berspekulasi ‘apakah Tuhan tersenyum saat menciptakannya?’

Ok, berlebihan? Yoona rasa tidak.

Namja dengan segala kelebihan seperti Donghae memang patut memperoleh pujian. Dan Yoona akui, namja itu begitu menarik hatinya. Entah dalam segi apa Yoona tak tahu dengan detail. Yang jelas namja itu nampak mempesona dengan senyum menawannya. Senyum penakhluk wanita sepertinya.

* * *

“Dia disini..”

“Ya, aku tahu”

“Begitu dekat denganku”

“Itu juga aku tahu”

“Dia bahkan tak memandang benci diriku”

“Ok, hentikan. Aku mulai bosan”

“Baik, aku semakin menyukainya”

“Ralat, kau tergila-gila padanya”

“Kukira aku harus mulai berani padanya”

“Seharusnya kau lakukan itu sejak dulu”

Donghae, namja yang sejak tadi berbincang dengan namja lain dalam ruangan itu menghela nafas. Duduk dengan wajah tak bersemangat.

“Kau tahu kan betapa lemahnya aku saat dia menatapku dengan wajah dan mata sendunya? Tidak, aku tak sanggup”

“Kau hanya butuh sedikit keberanian. Dan semuanya akan selesai!”

“Tidak, dia tak boleh tahu siapa aku sebenarnya. Dia tak boleh ingat kalau akulah penyebab semua penderitaannya”

“Lee Donghae, berhenti bersikap konyol! Ini sudah 10 tahun lebih dan kau masih mengingatnya?!”

“Dia pun masih ingat kedua orangtuanya. Bahkan berdoa agar bisa memimpikan mereka. Jadi bagaimana aku bisa lupa?”

Namja yang menjadi lawan bicara Donghae, Lee Hyukjae yang lebih dikenal sebagai Eunhyuk – asisten pribadi Donghae – menghela nafas berat. Satu tangannya terulur, menepuk pelan bahu tegap namja itu.

“Lakukan apa yang terbaik bagimu”

* * *

“Nde?”

“Apa yang kau tunggu?! Cepat ke ruangannya!” bentakan manajer Koh membuat Yoona tersadar. Sigap, yeoja itu mulai melangkah menjauhi meja kerjanya menuju ke sebuah ruangan.

Matanya nampak mengitari sebuah pintu kayu bercat coklat. Seorang yeoja berambut sebahu dengan blazer hijau gelap menyapanya dengan nada rendah.

“Tuan Lee sudah menunggu anda di dalam”

“Nde” sebuah anggukan kecil Yoona berikan dibarengi senyum manis mempesonanya. Langkahnya ringan mengetuk pintu ruangan yang ada dihadapannya.

“Masuk” suara berat khas seorang namja terdengar pelan, membuat Yoona menghembuskan nafas pelan terlebih dahulu.

Perlahan, pintu ruangan itu terbuka. Dengan kegugupan tiada tara Yoona melangkah masuk bernadakan ketukan higheels lima senti miliknya.

Namja dihadapannya menoleh, menebar senyum mempesonanya hingga nyaris membuat Yoona tak berkedip hanya untuk sekedar mengagumi indahnya pahatan ciptaan Tuhan tersebut.

“Silahkan duduk, nona Im” dengan sopan Donghae mempersilahkan Yoona sembari tangannya menunjuk sofa berbeludru coklat lembut di ruangannya.

Yoona menurut, melangkah dengan memasang wajah gugup. Setelah itu menanti dengan ekspresi bertanya. Sebenarnya, kenapa dia sampai di panggil ke ruangan namja itu pada hari pertamanya masuk? Sedikit ganjal rasanya namun Yoona tak berani bertanya lebih jauh.

Donghae diam. Mengamati Yoona dengan intens mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kembali membuat yeoja itu dilanda kegugupan akut karenanya.

“Tuan…” pelan Yoona mulai membuka mulutnya. Angkat bicara karena tak tahan dipandangi lekat oleh bosnya tersebut. “Maafkan kelancangan saya, tapi kenapa anda memanggil saya kemari?” tanyanya sesopan mungkin.

Donghae diam sejenak, lalu berdehem singkat. Berdiri dengan gagahnya dan matanya kembali melihat Yoona dengan tatapan menukik wajah tirus yeoja itu.

“Jadi, kau adalah magnae di divisi perencanaan” akhirnya Donghae mulai berbicara dan itu membuat hati Yoona lega seketika. Daripada didiamkan saja hingga membuatnya gugup setengah mati.

“Nde” timpal Yoona.

“Karena kau magnae berarti kau harus bekerja lebih keras dari seniormu eoh?”

“Aku mengerti tuan”

“Baik, jadi apa bisa hari ini kau menemaniku untuk meninjau proyek terbaru di Ryusan departemen store?”

“Nde?!” Yoona seolah tak dapat mempercayai pendengarannya. Proyek yang Donghae kemukakan tadi adalah proyek terbaru Mr. Jhon yang belum sempat direalisasikannya karena keburu pindah tugas ke New York. Dari kabar yang santer beredar, proyek itu bernilai ratusan bahkan milyaran won. Tentu saja, karena ini menyangkut nama baik Ryusan di mata masyarakat. Proyek itu diperkirakan akan menjadi proyek terbesar tahun ini karena yang akan dibangun adalah sebuah hiburan di tengah mall. Harus berseni dan menarik hati.

“Anda tak salah?” tanya Yoona memastikan.

“Memang kenapa?” Tapi Donghae malah balik bertanya.

“Bukankah itu proyek penting?”

“Nde, lalu?”

Yoona menyipitkan matanya. Menatap bingung sekaligus curiga wajah Donghae.

“Tidakkah yang harusnya menemani anda adalah sekretaris dan para staff inti di bawah anda?”

Donghae tertawa lalu menatap lembut Yoona. “Memang kau bukan staff disini? Kau bukan karyawan magang atau kontrak kan?”

Yoona mengangguk malu mendengarnya. “Anda benar, tapi.. saya bukan berada di bawah anda langsung. Tingkatan dimana saya berada sudah sangat jauh dengan tempat anda sekarang”

“Aku hanya minta ditemani nona Im. Bukan memintamu mengurus pekerjaanku”

“Saya mengerti tetapi..”

“Ini pelajaran untukmu. Aniya, anggaplah ini pengalaman dalam proses pencapaian karirmu. Lagipula kan sudah kukatakan, karena kau magnae di divisi perencanaan mengingat setelah lulus kuliah kau langsung bekerja disini, maka aku akan memberimu kesempatan untuk mendapat pengalaman bekerja yang baik”

Tak ada bantahan lagi dari Yoona. Yeoja itu nampak mengerti dan menerima semua perkataan Donghae bulat-bulat. Dan untuk itu, sebuah senyum penuh kemenangan tersungging di wajah tampan namja bermarga Lee itu.

* * *

“Jadi anda berencana membuat komidi putar disini?”

“Nde. Wae? Terlalu sederhana?” Donghae tersenyum melihat reaksi Yoona.

Yeoja itu nampak kaget sesaat sebelum akhirnya berdehem sekilas. “Maaf jika saya terlalu jujur. Tapi itu benar”

Donghae mengangguk dengan senyum kecilnya. “Lalu bagaimana menurutmu?”

“Nde?”

“Apa yang harus kubuat untuk mengisi ruang kosong ini?”

Yoona terdiam. Mengerjapkan matanya berkali-kali lalu menatap bingung Donghae. Namja ini meminta pendapatnya eoh?

“Ne, aku meminta pendapatmu” seolah bisa membaca pikiran, Donghae mengatakannya hingga mengundang kekagetan untuk Yoona.

“Eumm…” Yoona menggaruk tengkuknya pelan. Salah tingkah sendiri. “Saya tidak tahu pasti. Saya bahkan tidak tahu konsep awal yang diinginkan oleh mall ini. Jadi.. ya saya tak bisa berpendapat. Maafkan saya jika menyinggung anda tuan”

“Konsep awalnya adalah kenangan. Pemilik mall ini menginginkan konsep mengenai kenangan. Entah masa kecil, masa sekarang atau masa depan. Dia ingin membuat pengunjung yang datang, akan mendapat kenangan yang menarik akan tempat ini hingga terbawa dalam mimpi yang indah”

Yoona terpekur. Meresapi kalimat Donghae lamat-lamat. Sejenak dia jadi teringat masa kecilnya. Sejak dulu dia sangat suka komidi putar.

“Karena itu tak ada yang bisa kupikirkan selain komidi putar.  Karena benda itu selalu bergerak searah jarum jam hingga mengulang tempat di awal dia melihat maka tak ada yang lebih tepat selain komidi putar. Tempat dimana orang-orang akan berkumpul, melihat satu sama lain dan terbayang akan kenangan yang telah terjadi saat mereka naik”

Yoona tersenyum, lalu mengangguk paham. Kini dia mengerti kenapa Donghae memilih konsep sesederhana itu untuk ukuran otak yang dibilang orang jenius. Rupanya namja itu ingin membangkitkan kenangan sebagai konsep utama dari proyek tersebut.

Mendadak Yoona kagum sendiri pada Donghae. Di balik sikap tenangnya, rupanya namja ini memiliki daya tarik tersendiri yang mampu membuat siapapun terpikat padanya.

“Nona Im..” suara Donghae perlahan menyadarkannya dari pikirannya sendiri.

“Ne?” setengah malu dan canggung Yoona menatap Donghae.

Namja itu tersenyum tipis lalu menatap lekat Yoona. “Apa kau lapar? Ayo kita makan siang bersama”

* * *

Yeoja itu membaringkan tubuhnya pelan. Menatap langit kamar bercat putih miliknya.

Entah kenapa sejak pulang dari kantor pikirannya selalu dipenuhi akan wajah CEO baru perusahaannya. Yoona selalu terbayang senyum menawan dengan sikap tenang bosnya itu. Dan mendadak, wajahnya merah merona saat sadar telah tertarik akan diri Donghae.

“Omo apa yang kau pikirkan Im Yoona? Andweyo, dia bosmu. Jangan pikirkan yang macam-macam!” gumamnya sendiri sembari menarik selimut menutupi seluruh tubuh kurusnya. Berencana untuk mulai menenggelamkan dirinya dalam dunia mimpi.

Di lain tempat, seorang namja tersenyum hangat. Menatap sebuah gedung yang cukup jauh dari tempatnya berada. Membiarkan angin malam menerpa pakaiannya dengan rambut yang tersibak beberapa kali.

“Mimpi yang indah… sayangku…”

* * *

“Eomma, aku sekarang bisa bermain piano!”

“Jinja? Wuah anak eomma pandai sekali…”

Yoona tersenyum senang, menunjukkan kepiawaiannya dalam memainkan benda bertuts hitam dan putih itu. Mengundang senyum di wajah ayu ibunya.

“Merdu sekali. Rupanya anak appa yang memainkannya”

Yoona dan ibunya sontak menoleh, tersenyum sumringah saat melihat wajah ayahnya yang kini mulai menghampiri keduanya.

“Appa, aku sudah bisa memainkannya. Aku pianist sekarang” ujar Yoona bangga.

Ayahnya tersenyum, menyiratkan kebahagiaan saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut putri tunggalnya itu.

“Jeongmalyo? Aigoo.. kau mengagumkan. Im Yoona jjang!” pujian ayahnya membuat Yoona tak bisa menghentikan tawa bahagianya.

Mereka bertiga larut dalam euforia kesuksesan Yoona. Tertawa, dan akhirnya bertatapan bahagia satu sama lain.

* * *

Yeoja itu mengernyit saat merasakan pedih di matanya. Mengerjap sesekali sebelum akhirnya menghela nafas. Ini sudah pagi. Waktunya dia untuk bangkit dan kembali bekerja.

Terlebih dahulu dibukanya tirai jendela yang tadi sedikit tersingkap hingga membiarkan sinar matahari merembes memasuki kamarnya. Menghirup aroma segar di pagi hari. Aroma yang sangat dia sukai.

Langkahnya ringan menuju ke kamar mandi. Menghanyutkannya dalam kesenangan membersihkan tubuhnya.

* * *

“Aigoo jinja? Daebak! Daebak!” Yuri tak tahan untuk berkomentar heboh saat mendengar cerita Yoona perihal dipanggilnya yeoja itu ke ruangan Donghae.

Yoona tersenyum kecil melihat reaksi berlebihan Yuri.

“Kau beruntung sekali Im…”

“Im Yoona!”

Spontan, dua yeoja berwajah cantik itu menoleh. Mendapati manajer Koh yang kini menatap intens Yoona.

Langkah namja itu mulai menghampirinya. Membuat Yoona dan Yuri gugup seketika. Pasalnya namja itu tak memiliki hari tanpa marah dan membentak. Dan kini dia ingin apa lagi? Yoona dan Yuri rasa mereka tak melakukan kesalahan apapun hari ini.

“Aigoo chukkae nona Im” tapi ucapan yang keluar dari mulut namja berumur 4o tahunan itu membuat Yoona dan Yuri mengernyit heran. Apa maksud namja ini?

“Nde?” setengah heran Yoona langsung bertanya.

“Tuan Lee bilang kau benar-benar rekan yang bisa diandalkan. Dia suka bagaimana kau berpendapat dan dia juga menikmati waktu selama kalian meninjau proyek kembali. Karena itu malam ini dia akan mengadakan pesta bersama divisi kita”

“Mwo?” Yoona jelas heran mendengarnya. Berbanding terbalik dengan manajer Koh, Yuri dan rekannya yang lain. Mereka senang pastinya karena akan di traktir.

Yoona berpikir dalam diam. Tidakkah ini berlebihan?

* * *

“Aigoo… bisa gunakan cara yang lebih sederhana tuan Lee?”

Donghae diam, lalu menggeleng. “Tidak, tuan Lee”

“Ya! Ini berlebihan bodoh! Dia bisa curiga padamu”

“Terserah, aku pun tak tahu cara apalagi yang harus kugunakan agar bisa selalu bertemu dengannya”

“Makanya belajarlah dulu bodoh! Kau jadi tampak aneh karena hal ini”

“Ya, siapa yang kau sebut bodoh eoh?!”

“Kau! Bagaimana bisa kini kau jatuh cinta padanya? Ingatlah apa tujuanmu untuk mendekatinya! Kau tak lupa kan?”

“Aku tak lupa” Donghae terdiam sejenak begitu juga Eunhyuk. “Hanya saja aku juga tak bisa menahan perasaanku sendiri. Jika kau jadi aku, kau pasti juga tak akan bisa menghindar dari yang namanya jatuh cinta. Dia begitu mempesona, begitu menawan dan.. dan.. arrgh pokoknya aku terlanjur menyukainya”

Eunhyuk menghela nafas pelan. Lalu menatap iba Donghae.

“Tapi seharusnya kau juga ingat konsekuensinya bila kau jatuh cinta padanya”

Ucapan terakhir Eunhyuk kontan membuat Donghae bungkam. Galau dan bingung mulai menyergapnya kini.

* * *

Makan malam itu terasa menyenangkan. Donghae benar-benar contoh pemimpin berhati hangat. Namja itu tak segan untuk bersikap ramah dan rendah hati hingga membuat siapapun semakin mengaguminya.

“Dia menawan ya” bisik Yuri. Yoona menatap Donghae intens. Baru sebentar melakukannya, matanya dan Donghae sontak bertemu. Menciptakan getar aneh dalam dirinya. Yeoja itu akhirnya memutuskan untuk membuang wajahnya dengan tersipu malu.

“Baik, bagaimana kalau kita adakan permainan?” tiba-tiba saja Yuri berujar, membuatnya menjadi pusat perhatian.

“Permainan apa?”

“Eumm. truth or dare?”

“Eishh.. sudah jangan lakukan! Yuri paling ahli menyuruh orang untuk mengatakan truth!” sanggah Tiffany tak setuju. Yuri terkekeh. Teringat olehnya Tiffany beberapa kali kena perangkapnya hingga harus mengakui kalau dia berkencan dengan Nickhun dari divisi pemasaran.

“Bagaimana kalau begini saja..” Yuri nampak berpikir keras. “Lomba melempar pada papan target? Jika tak kena maka kau harus minum”

“Baik, aku setuju” kali ini tanpa pikir panjang Tiffany menerimanya. Tentu saja dia tak masalah karena dia memang tipe yang kuat minum.

“Aku juga” sahut manajer Koh.

“Aku juga” yang lain ikut berkomentar. Tinggal Donghae dan Yoona yang diam, belum memberi keputusan.

“Yoona-ssi, apa kau setuju?” tanya manajer Koh.

“Eumm.. aku..” Yoona nampak ragu. Permainan ini agak berbahaya menurutnya. Pasalnya dia bukanlah peminum yang baik. Yoona khawatir tidak bisa pulang dengan selamat sampai tujuan jika minum terlalu banyak.

“Apa kau tak setuju nona Im?” suara Donghae perlahan menyadarkannya. Yeoja itu menoleh, lalu menatap gugup Donghae.

“Aniya…”

“Ya, kalau begitu dia setuju!” tanpa membiarkan Yoona meneruskan kalimatnya manajer Koh sudah lebih dulu menyambar ucapannya hingga membuat Yoona tak berkutik.

Matilah aku…

* * *

Saat dia sadar dia sudah ada dalam gendongan seorang namja. Bau maskulin menyeruak, memasuki rongga hidungnya hingga dadanya. Begitu menenangkan.

Rasa pusing yang tadinya mendera kepalanya perlahan menghilang. Penglihatan samar-samarnya pun mulai membaik. Yoona terkesiap sendiri. Sadar pada gendongan siapa dia berada sekarang.

“Tu.. tuan..” ujarnya dengan wajah gugup. Donghae menoleh sekilas, lalu tersenyum.

“Eoh, sudah bangun?” ujarnya dengan nafas sedikit terengah.

“Apa yang..”

“Kau mabuk. Kau minum empat gelas, ingat?”

Yoona ingat, lalu menghela nafas. Dia memang tak pandai dalam melempar. Sebenarnya dia harusnya minum 9 gelas karena sembilan kali kalah. Tapi dengan baik hatinya Donghae mengurangi setengah hukumannya.

“Tuan, apa anda baik-baik saja? Bukankah anda juga minum tadi karena membantu hukumanku? Aku baik-baik saja, kau bisa menurunkan aku” ujar Yoona tak enak hati.

“Kau yakin?”

“Nde”

“Aniya, aku yang tak yakin. Akan lebih tenang bagiku jika kau sudah sampai di depan rumahmu”

“Tapi..”

“Sudah tak apa”

* * *

Yeoja itu melambaikan tangannya ke pada Donghae yang perlahan turun dari apartemennya.

“Kapan-kapan aku boleh berkunjung ke rumahmu kan?”

“Nde? Tapi tuan…”

“Tak ada bantahan” dengan anehnya Donghae tersenyum dan mulai kembali berjalan menuju ke mobil bercat silvernya.

Yoona hanya bisa menatap punggung Donghae dengan wajah bingung. Memegang dadanya sendiri yang berdetak kencang tiada henti. Ada apa dengannya ini? Tak mungkin kan dia jatuh hati secepat ini?

* * *

Hari ini adalah hari kelulusan Yoona. Hari dimana dia akan mengakhiri statusnya sebagai murid sekolah menengah pertama.

Namun itu semua tak ada arti untuknya. Kedua orangtuanya tak ada. Tentu saja.

Dua tahun yang lalu adalah hari kematian ayahnya dan beberapa bulan setelahnya ibunya yang menyusul pada kematian.

Yeoja itu tertunduk. Menatap satu persatu teman-temannya yang kini berfoto dan tertawa bersama keluarganya. Menyunggingkan senyum bahagia dengan euforia senang tak tertahankan. Sementara dia, sendirian.

“Chukkae” sebuket bunga segar hadir dihadapannya. Membuatnya mendongak dengan wajah bingung.

Seseorang, yang entah kenapa samar –  karena wajahnya gelap akibat adanya cahaya matahari yang menyilaukan mata –  menyerahkan itu untuknya.

“Kau tidak sendirian. Mulai sekarang, aku akan selalu ada untukmu… Im Yoona”

* * *

Gosokan itu perlahan pelan. Lalu terhenti sama sekali.

Kemarin malam dia mimpi yang aneh. Sebelumnya dia tak pernah mendapat mimpi tentang orang lain selain kedua orangtuanya. Mimpinya juga selalu indah. Tak lumayan sedih seperti semalam.

Tapi mengenai seseorang itu.. Yoona jadi penasaran sendiri.

Dia sangat ingat. Ketika kecelakaan ayahnya, dan ibunya yang sakit lalu meninggal dunia. Yoona menjadi sebatang kara namun hanya dalam status saja. Kenyataan yang ada, dia merasa tak pernah sendirian.

Dia selalu mendapat nilai yang baik – karena les privat gratis yang entah siapa orang baik hati yang mengirimnya – makanan yang sehat dan lezat setiap harinya entah dari tetangganya atau mungkin seorang dermawan yang baik hati – mengingat dia tak masuk panti asuhan.

Saat dia sakit atau mungkin terluka, selalu ada yang datang untuknya. Menyunggingkan senyum tulus dan memberikan secercah harapan untuknya agar meneruskan hidupnya dengan baik. Malaikat berwujud manusia.

Dering ponselnya perlahan menyadarkannya. Yoona melirik ponselnya, lalu mengangkatnya dengan malas.

“Wae Yul?”

“……….”

“Nde?”

* * *

“Tidakkah ini terlalu aneh dan.. terburu-buru?”

“Apa maksudmu?” tanya Yuri balik dengan wajah bingung.

“Tuan Lee mengajak kita untuk mengurus pekerjaan di Busan. Lagipula kenapa hanya divisi kita yang dia ajak?”

“Karena kita divisi perencanaan. Kita adalah yang memikirkan ide untuk memajukan perusahaan ini. Intinya, kita adalah divisi sentral Yoong” sesabar mungkin Yuri menjelaskan hal itu pada yeoja yang hanya muda 2 tahun darinya itu.

Yoona mengangguk paham. Lalu menggaruk tengkuknya salah tingkah.

“Keundae, aku belum menyiapkan apapun. Kau hanya menyuruhku datang cepat ke kantor jadi…”

“Sudah kuduga” Yuri nampak menghela nafas lalu tersenyum. “Tenang, aku sudah mengurusnya”

“Jeongmal?” tanya Yoona ragu.

“Nde!”

“Ya Kwon Yuri, Im Yoona apa yang kalian lakukan eoh?! Cepat bersiap, sebentar lagi kita akan berangkat!”

* * *

Busan

“Wuah, aigoo.. jinja. Busan benar-benar tempat yang menyenangkan. Apalagi jika kau mendengar logat warganya. Lucu sekali”  ujar Yuri.

“Hush.. ireojima. Tak sadarkah kau pemandu kita terus memelototimu?” tegur Yoona yang langsung membuat Yuri bungkam.

“Nona Im dan nona Kwon, kalian cepatlah! Kenapa sih sejak tadi kalian terus bergosip?!” lagi-lagi manajer Koh kembali memperingatkan mereka.

Setengah berlari, Yuri dan Yoona menghampiri namja itu beserta rekan-rekannya.

“Kamar terpisah?” Yuri nampak takjub sendiri.

“Eissh.. siapa bilang kamarnya terpisah nona Kwon? Karena jumlah kita ganjil dan mereka tidak menyediakan tiga ranjang dalam satu kamar, makanya Im Yoona akan tidur di kamar untuk satu orang”

“Mwo? Itu tak adil!” protes Yuri.

“Sudah tak ada bantahan!”

* * *

Yeoja itu masuk dengan langkah pelan. Hati-hati. Matanya menatap kagum kamar hotel yang didesain klasik itu. Yoona tersenyum, lalu mulai meletakkan koper yang entah apa isinya mengingat Yuri yang menyiapkannya.

Langkahnya menghampiri pintu yang menghadap keluar. Mata Yoona langsung melebar bahagia saat melihat pemandangan yang terhampar didepan matanya. Dari balkon, yeoja itu dapat melihat pantai Busan yang sangat bersih.

“Kau suka laut?”

Sebuah suara mengejutkannya. Membuat Yoona terkesiap sebelum akhirnya nampak kaku saat tahu siapa yang menyapanya itu.

“N.. nde” dengan gugup dia menjawabnya.

Donghae tersenyum. Kamar mereka memang bersebelahan dan jaraknya tak terlalu jauh dari satu balkon ke balkon lain sehingga memudahkan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain.

“Baguslah jika kau suka” Donghae nampak bahagia. Namja itu menatap lurus ke arah pantai dengan ekspresi tak terbaca setelahnya.

Yoona diam. Sejenak, yeoja itu memandangi wajah tampan milik atasannya itu. Namun tak lama dia ikut hanyut melihat deburan ombak di pantai Busan.

“Im Yoona-ssi…”

Pelan, Yoona mengalihkan pandangannya pada Donghae. Gugup sendiri saat mendapati senyum hangat namja bermarga Lee itu.

“Mau jalan-jalan?”

* * *

“Guritanya sangat enak, kan? Masih segar”

Yoona mengangguk sambil mengunyah gurita yang dibuat pedas oleh salah satu jajanan pinggir jalan.

“Jika di pagi hari pasti akan lebih menyenangkan”

“Memang kenapa tuan?”

“Karena udara tak sedingin sekarang. Matahari Busan hangat”

Yoona diam, lalu tersenyum. “Tuan mengenal daerah ini dengan baik?”

“Aniya” Donghae menggeleng masih dengan senyum manisnya. “Aku hanya tau ada seseorang yang berasal dari sini. Karena dia, aku jadi penasaran akan tempat ini”

“Nuguya?” spontan Yoona mengajukan pertanyaan itu. Namun tak lama yeoja itu nampak malu sendiri karena sadar akan kelancangannya. “Mianhae, saya tak bermaksud…”

“Gwenchana” potong Donghae sembari terkekeh pelan. “Aku tak bisa mengatakannya secara terperinci padamu, tapi aku akan memberitahumu kalau ini adalah salah satu tempat favoritku. Mengingatkan ku akan masa laluku”

Yoona diam. Terpekur. Jika dipikir-pikir Busan juga kampung halamannya. Ayahnya adalah orang Busan asli. Tetapi mereka sudah lama menetap di Seoul. Yoona bahkan lahir dan tinggal disana. Sehingga dia tak tahu banyak tentang daerah ini mengingat ayahnya adalah anak tunggal dan tak punya kerabat lagi di Busan karena sudah banyak yang merantau.

“Busan juga kampung kelahiran ayahku” tanpa sadar Yoona mengatakannya. Membuat Donghae menoleh padanya.

“Apa kau punya kenangan disini?”

“Eumm…” Yoona nampak sibuk mengingat. “Aku pernah beberapa kali kesini, sebelum nenekku meninggal. Tapi setelah ayahku meninggal, aku bahkan tak lagi menginjakkan kakiku disini. Tapi setidaknya aku punya sedikit kenangan. Dulu aku sering bermain dan menggambar di pasir pantai bersama ayah dan ibuku”

Donghae diam. Wajahnya nampak tenang sementara matanya terus menatap wajah Yoona.

“Kau pasti sangat menyayangi kedua orangtuamu” ujar Donghae lembut.

“Nde.. tapi sekarang mereka sudah tak lagi disini. Mereka sudah disana” Yoona menunjuk langit sore berwarna oranye yang dipadu biru keabu-abuan dengan garis merah jambu di sekitarnya.

“Kau tak punya saudara? Apa kau kesepian?”

Yoona tersenyum miris atas pertanyaan Donghae. “Bohong jika kubilang aku tak sedih dan kesepian. Tapi semua itu terobati karena setiap malam aku selalu memimpikan hal indah tentang mereka. Membuatku selalu merasa bahagia setiap harinya”

Donghae diam. Terpekur sendiri, lalu mengangguk kecil. “Syukurlah kalau begitu” ucapan Donghae membuat Yoona menatapnya heran. Ada apa dengan bosnya ini?

* * *

“Apa kakimu sakit?” tanya Donghae cemas karena sejak sore hingga malam begini mereka terus jalan-jalan sampai-sampai lupa waktu. Untung saja jadwal mengecek proyek yang akan mereka kerjakan adalah besok jadi malam ini bisa tenang dan beristirahat.

“Aniya” Yoona menggeleng dengan senyum manisnya.

Donghae menatapnya lekat, lalu menghela nafas. “Sudahlah, kajja”

“Nde?” belum sempat Yoona bertanya, Donghae sudah lebih dulu menggendongnya ala bridal style. Membuat Yoona terperangah dan malu seketika saat sadar jadi pusat perhatian sekarang.

“Tuan.. aku tidak apa-apa. Bisakah kau turunkan aku?” bisik Yoona pelan sambil sesekali menutupi wajahnya karena malu.

Namun Donghae tak mau ambil pusing. Dia hanya tersenyum tanpa ada niat sekalipun untuk menanggapi ucapan Yoona.

 Malam itu semuanya terasa berbeda bagi Yoona. Ada rasa aneh yang mulai tumbuh dari dalam dirinya. Rasa yang bahkan belum pernah dia rasakan selama ini. Rasa aneh yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang tanpa henti. Memompa aliran darahnya hingga ke ubun-ubun. Membuat Yoona tersipu, entah kenapa.

Dan Donghae merasakan hal itu.

Diam-diam dia mengulum senyumnya. Menahan dirinya sebisa mungkin untuk meneriakkan betapa senangnya dia akan perasaan yang mulai tumbuh dan berbunga perlahan di hati Yoona, yeoja kesayangannya.

* * *

“Nde?!”

“Kau tidak tahu?”

Yoona menggeleng dengan wajah bingung. Bagaimana tidak?

Pagi ini dia terbangun saat matahari agak meninggi di ufuk timur. Yoona mandi dan berdandan seperti biasa. Bersiap untuk sarapan dan menyapa rekan kerjanya dengan senyum indah dan semangat menyalanya.

“Aneh sekali” Eunhyuk, asisten Donghae nampak menatap ke arah lain. Entah kenapa, seperti menerawang.

“Ada apa?” tiba-tiba saja suara Donghae mengalihkan perhatian keduanya. Membuat Yoona dan Eunhyuk kompak menoleh padanya.

Donghae terlihat menawan. Namja itu mengenakan kaus berlengan panjang yang dia gulung hingga ke siku. Celananya pun terlihat santai. Seperti tak ada niat untuk bekerja, Yoona malah melihat Donghae seperti akan lari pagi saja.

“Aku lari pagi tadi sebentar” dan seperti bisa membaca pikirannya, Donghae berujar dan tersenyum hangat pada Yoona.

Yeoja itu mengangguk pelan, namun tak lama wajahnya nampak gelisah.

“Tuan, bagaimana ini? Tadi aku mengunjungi kamar Yuri, tapi karyawan hotel bilang rekan-rekan di divisiku sudah tak ada lagi di Busan”

Donghae tersenyum, lalu mengangguk kecil. “Mereka pergi tadi pagi. Proyeknya selesai lebih cepat dari perkiraan rupanya”

“Mwo? Memang kapan proyek itu dilaksanakan? Aku tidak tahu apapun” sanggah Yoona semakin bingung.

“Kau kelelahan jadi kami tak tega membangunkanmu semalam. Ada meeting mendadak dengan klien proyek tersebut. Lagipula aku masih ada sedikit pekerjaan disini, karena itu kupikir tak ada masalah bagimu untuk tetap tinggal dan pulang bersamaku nanti”

“Nde? Tapi…”

“Kurasa kau tak punya pilihan untuk menolak nona Im” celetukan Eunhyuk membuat Yoona diam, lalu menghela nafas pasrah.

Eunhyuk dan Donghae saling melirik satu sama lain. Lalu tersenyum penuh arti.

* * *

Semuanya terasa begitu cepat.

Yoona dan Donghae berada di Busan bukan hanya sehari – dua hari saja. Tapi dua minggu lebih!

Selama itu Yoona dan Donghae saling menyapa dari balkon kamar hotel mereka, jalan-jalan dan bergembira setiap harinya.

Donghae nampak santai, seolah lupa akan pekerjaannya di Seoul. Sementara Yoona pun tak kalah senang. Dia akan selalu menerima dengan senang hati ajakan Donghae untuk pergi keluar bersamanya.

Namun kini, semuanya mendadak membuat Yoona jenuh. Yeoja itu mulai sadar akan hidupnya.

“Tuan, apakah kau tak bosan disini?” tanyanya pada Donghae saat pagi ini mereka sarapan bersama.

“Memang kau bosan?” tanya Donghae balik bertanya.

“Sedikit” Yoona nampak menunduk sedih. “Aku mulai rindu teman-temanku dan kehidupanku di Seoul”

Donghae diam, menatap Yoona lekat lalu mengangguk dengan ekspresi tak terbaca.

“Kalau begitu besok kita kembali ok?”

* * *

“Yoona?”

Yoona tersenyum manis, namun langsung mempout bibirnya saat melihat tatapan bingung dan aneh dari rekan-rekannya.

“Kalian kenapa sih?!”

Sontak, semua tersadar. Kembali berekspresi dengan benar.

“Aniya, kami hanya tak menyangka. Kami kira kau sudah berhenti bekerja”

“Mwo? Aniya… aku tak mungkin berhenti” ujarnya lalu meletakkan tasnya di meja kerjanya. Yeoja itu mengernyit sedikit, merasakan kalau meja itu sudah sedikit berdebu.

“Nona Im! tuan Lee memanggilmu!”

* * *

“Kau suka kembali ke sini?”

Yoona mengangguk lalu tersenyum. “Apa tuan juga?”

“Eissh… bukankah sudah kubilang untuk memanggilku oppa?”

Yoona terkekeh malu mendengarnya. Semakin hari mereka semakin akrab saja. “Arraseo, oppa…”

Donghae tersenyum lembut, lalu menatap lekat Yoona. “Makan malam bersama denganku ya?”

Tentu saja Yoona tak kuasa menolaknya. Bagaimanapun juga dua minggu kebersamaan mereka telah sukses menumbuhkan benih-benih cinta dihatinya dan Yoona kini tak menampik kalau dia telah menyukai atasannya tersebut.

“Ne” jawabnya dengan pelan dan wajah memerah.

“Nanti tunggu aku di mobil ya?”

“Ne”

“Arraseo, sekarang kembali bekerja!” perintah Donghae lembut, namun terdengar tegas.

Yoona mengangguk patuh lalu mulai berjalan menghampiri pintu ruangan Donghae.

“Yoongie-yah…” dengan lembut Donghae memanggilnya hingga membuat Yoona membalikkan tubuhnya dan menatapnya heran.

“Yoongie?”

Donghae terkekeh pelan. “Imut bukan? Mulai sekarang aku akan memanggilmu seperti itu. Jadi Yoongie… hwaiting!”

Yoona tersenyum melihat tingkah kekanakan Donghae. Namun tetap saja itu membuat hatinya senang bukan kepalang. Pasalnya Donghae nampak begitu manis dan menawan di hadapannya kini.

* * *

“Dari ruangan tuan Lee lagi?” tanya Yuri dengan wajah heran.

“Eumm…” sahut Yoona sembari fokus pada pekerjaannya.

Yuri menatapnya curiga, lalu memiringkan kepalanya heran. “Aneh, ini benar-benar mencurigakan! Katakan, apa sih hubunganmu dengan tuan Lee?”

“Mwo?” tanya Yoona balik tanpa mengalihkan perhatiannya. “Tak ada”

“Jinja? Lalu kenapa kalian tak cepat kembali dari Busan setelah itu?”

“Ne… Aku ada pekerjaan disana. Lagipula Busan adalah kampung halamanku. Tak ada salahnya bernostalgia sedikit bukan?” sebisa mungkin Yoona keluarkan alasan yang logis untuk keingin tahuan Yuri.

“Baguslah”

Yoona langsung menghentikan pekerjaannya. Lalu menatap heran Yuri. “Nde?”

“Kau tahu, kudengar Son Eunseo, sekretaris direktur Park tertarik padanya”

DEG!

Entah kenapa mendadak hati Yoona jadi panas sendiri mendengarnya.

Ada apa dengannya?

Rasanya benar-benar tak nyaman. Apakah ini artinya dia cemburu?

“Kau tahu darimana memangnya?”

“Tentu saja dari gosip yang beredar. Kau kan sudah lama tak masuk, jadi tak tahu. Sekarang tuan Lee sudah kembali, kurasa sebentar lagi akan ada kabar mereka berkencan”

“Mwo? Kenapa bisa begitu?”

“Kau bodoh atau apa? Son Eunseo adalah primadona disini. Banyak namja yang menyukainya. Dan kurasa tuan Lee adalah pria normal yang tak mungkin bisa menolak pesona yeoja secantik Eunseo. Apalagi Eunseo berasal dari keluarga kaya yang terhormat”

Yoona diam. Berpikir, dan mendadak dia jadi kesal sendiri memikirkan kemungkinan Donghae benar-benar berkencan dengan Eunseo.

Aissh… ada apa dengannya ini?

* * *

Yoona menunggu dengan wajah bosan di parkiran. Sudah setengah jam lebih Donghae tak kelihatan batang hidungnya. Akhirnya dia memutuskan untuk menemui Donghae di ruangannya untuk memastikan apakah namja itu akan makan malam atau membatalkannya.

Namun kejadian di depan matanya membuat hatinya hancur. Donghae sekarang tengah berpelukan dan berciuman dengan Eunseo!

Mendadak pikiran Yoona menjadi buyar. Dia tak fokus pada tujuan awalnya. Langkahnya yang terasa berat dia paksakan untuk berjalan. Menjauh, tak tahan melihat kejadian antara Donghae dan Eunseo.

“Yoona-ssi?” tak sengaja dia hampir menabrak Eunhyuk yang baru datang dan bermaksud menemui Donghae. Yeoja itu hampir terjatuh kalau tidak dengan sigap di tahan oleh Eunhyuk. Namun bukannya berterimakasih atau berujar, Yoona malah lari dengan wajah tertunduk. Mengundang kebingungan di wajah Eunhyuk.

Sepanjang jalan menggunakan bus Yoona terus menangis. Tak peduli tatapan heran dari orang-orang yang melihatnya.

“Yuri benar, tak ada alasan bagi Donghae oppa untuk tidak jatuh cinta pada yeoja secantik Eunseo…”

* * *

“Dia benar-benar tak menungguku. Apa dia sudah pulang?”

Eunhyuk mengendikkan bahunya, lalu menyeringai aneh. “Eunseo, bagaimana yeoja itu?”

“Bagaimana apanya?”

“Cantikkan?”

“Ne, kau suka?”

“Ne”

“Maka kejarlah”

“Tapi, apa dia mau? Kudengar dia menyukaimu” ujar Eunhyuk dengan wajah cemberut. Sudah dua tahun dia menyukai yeoja itu semenjak pertamakali bertemu dengannya di New York karena Eunseo yang merupakan tetangga Donghae di sana sebelum dia kembali ke Korea dan bekerja di perusahaan itu. Dan sepertinya mereka benar-benar berjodoh karena takdir mempertemukan mereka kembali di Korea setelah dua tahun tak bertemu.

“Itu tak benar. Dia tak menyukaiku. Dia menyukaimu”

“Lalu gosip yang beredar…”

“Itu hanya kamuflasenya agar tak ketahuan olehmu. Dia sengaja bersikap seolah menyukaiku padahal.. dia menyukaimu” Donghae tersenyum dengan wajah menggodanya.

“Darimana kau tahu? Kalian bahkan bermesraan tadi” mendadak Eunhyuk jadi cemburu saat ingat tentang adegan yang seperti orang berpelukan antara Donghae dan Eunseo.

“Eunseo sendiri yang bilang padaku” Lalu Donghae berdecak kesal. “Dan astaga… bukankah sudah kubilang kau salah paham? Dia hampir jatuh karena higheelsnya patah, makanya tak sengaja aku menangkap tubuhnya”

“Benarkah?”

“Ne! Kau tahu sendiri siapa yang ku sukai”

“Dan astaga juga! Tak sengaja aku berpapasan dengan Yoona tadi sebelum menemuimu. Kurasa dia… mungkin salah paham juga”

“Mwo?!”

“Kau harus menjelaskannya padanya. Semuanya”

“Tapi…”

“Ayolah Lee Donghae! Beranilah! Ini sudah sepuluh tahun! Berapa lama lagi kau akan merahasiakannya? Yoona akan lebih terluka jika tahu kenyataannya sendiri”

Donghae diam. Berpikir keras. Sebelum akhirnya menghela nafas lalu mengangguk.

“Arraseo” membuat Eunhyuk menyunggingkan senyum senangnya. Akhirnya…

* * *

Tok.. tok..

Ketukan di pintu apartemen itu terus terdengar. Sudah tak terhitung berapakali namja itu memencet belnya namun tak dapat respon sama sekali.

Donghae terdiam, tertunduk sebentar lalu menghela nafas.

“Yoona-ssi!” sembari menggedor pintu apartemen yeoja itu, Donghae kembali memanggil Yoona. Namun lagi-lagi tak dapat jawaban.

“Yoona-ssi, aku tahu kau didalam! Tolong buka pintunya dan bicaralah denganku!”

Masih tak ada sahutan dari dalam apalagi pintu yang terbuka. Donghae mulai dilanda keputusasaan. Namja itu menghela nafas berat.

“Kumohon, biarkan aku menjelaskannya padamu. Jika bahkan setelah kau mendengarkanku hatimu masih tak tergerak, aku berjanji tak akan menganggumu lagi”

Hening. Yoona tak kunjung menjawabnya. Dan Donghae benar-benar putus asa sekarang.

CKLEK!

Cepat, Donghae membalikkan tubuhnya. Menatap penuh harap dengan binar lega saat pintu itu terbuka. Menampilkan Yoona yang terdiam sembari menatapnya dengan wajah datar.

* * *

“Aku dan Eunseo tak ada hubungan apapun…”

“Lalu?”

“Kau salah paham jika mengira aku dan dia berkencan hanya karena kejadian tadi”

Yoona diam, lalu tersenyum sinis. “Oppa.. aniya, tuan.. tak perlu menjelaskan apapun padaku. Lagipula kita tak ada hubungan apapun kan? Sekarang bisa kau pergi, ini sudah malam dan aku ingin tidur”

“Tapi…”

“Kau bilang tak akan mengangguku lagi jika aku sudah mendengarkanmu”

“Ne, tapi aku belum selesai”

“Aku sudah! Sekarang bisa kau pergi?!” bentak Yoona membuat Donghae tersentak.

“Yoongie-yah..” ucapnya lirih dengan wajah sendu setelahnya. Membuat Yoona perlahan tak tega meski tetap mengeraskan hatinya.

“Jangan menatapku seperti itu. Akulah yang terluka dalam hal ini. Kau mau tahu kenapa?” Yoona tersenyum miris setelahnya. “Karena aku menyukaimu! Aniya, aku mencintaimu! Sejak kita di Busan hingga sekarang aku telah jatuh cinta padamu. Jadi, bisa kau bayangkan betapa tak nyamannya hatiku sekarang?” ujar Yoona berapi-api sementara Donghae hanya diam saja.

“Kenapa kau lakukan ini padaku?” yeoja itu mulai menangis, membuat Donghae makin tak tega. “Kenapa memberiku harapan jika kau bahkan tak bisa mewujudkannya untukku? Kenapa memberiku kebahagiaan jika itu hanya semu? Kenapa?!”

“Aku mencintaimu…”

“Tidak, kau hanya ingin mempermainkanku” bantah Yoona. “Arra, siapapun tahu Eunseo lebih menarik dariku. Jadi aku mengerti. Lagipula tak pernah ada kata cinta yang terucap diantara kita, karena itu hubungan ini menjadi tak penting”

“Bisakah kau dengarkan aku dulu?!” Donghae akhirnya tak tahan juga untuk membela dirinya dengan nada tinggi. Membuat Yoona terkesiap.

Mereka berdua terdiam. Saling menatap satu sama lain.

“Kau mau tahu kenapa aku tak pernah bilang cinta padamu? Karena aku takut…” lirih, Donghae mengatakannya.

Yoona diam. Menatap lekat Donghae yang kini tertunduk. Sejenak, mereka kembali diam. Namun tak lama, dia terkesiap saat melihat tatapan sendu dengan mata berkaca milik Donghae.

“Apa kau tahu kalau aku yang membuatmu sendirian di dunia ini?”

“Mwo?” dengan dahi berkerut Yoona menatap bingung Donghae.

Donghae diam, lalu menghela nafas. “Ayahmu memang meninggal karena kecelakaan. Tapi ibumu… meninggal karena aku”

“Nde? Ibuku meninggal karena sakit. Bagaimana bisa…”

“Yoona-yah, sebenarnya aku… aku seorang malaikat”

“Nde?!” dan kini Yoona makin tak bisa mempercayai pendengarannya. Ini mimpi atau khayalannya?

Donghae diam, menatap sedih Yoona.

Flashback

“Aiden-ssi, jangan lupa akan tugasmu eoh? Kau malaikat yang masih baru jadi bekerjalah keras ok?”

“Arraseo!”

“Ingat untuk mengatur mimpi oranglain dengan baik ok?”

“Ne!”

“Aku pergi kalau begitu” ujar seniornya dengan senyum hangat,

Aiden a.k.a Donghae diam. Menghembuskan nafas gugup setelahnya. “Ok, yang pertama harus kulakukan adalah… melihat jadwalnya dulu” ujarnya sambil melihat daftar manusia yang akan dia beri mimpi indah. Yah, Donghae adalah seorang malaikat yang bertugas sebagai pemberi mimpi indah dan penangkal mimpi buruk.

“Han Sunhwa? Nama yang bagus dan wajah yang menawan. Arraseo, kau adalah manusia pertama yang akan kuberi mimpi indah” ujar Donghae dengan senyum menawannya. “Mari kita lihat dulu apa doamu”

Aku ingin memiliki mimpi indah bersama suamiku. Bahagia bersama-sama dengan anakku juga. Bahkan meski hanya dalam mimpi, aku berharap tak akan bangun agar bisa bahagia selamanya…

Donghae mengerutkan dahinya. Bingung. Doa ini sedikit berat.

“Selamanya tertidur?”

Flashback End

“Dan aku benar-benar melakukannya. Kuberi ibumu mimpi yang sangat indah. Kubuat dia tak bangun dari tidurnya. Doa yang dia panjatkan murni dari dalam hatinya hingga aku tak kuasa untuk menolak dan menghentikan mimpinya. Tapi rupanya, semua tak berakibat baik. Ibumu sedang sakit saat itu. Dan karena tertidur dan bermimpi terus, ibumu tak ada waktu untuk makan dan minum serta minum obat. Membuat dia.. dia akhirnya meninggal” wajah Donghae tampak menyesal setelahnya.

Yoona diam, mencoba mencerna ucapan Donghae.

“Pimpinan Dewa tertinggi marah padaku. Aku dianggap sebagai penyebab kematian ibumu dan kesedihanmu. Aku pun merasa sangat bersalah padamu. Akhirnya aku hanya bisa pasrah dan menerima hukuman diasingkan di bumi sebagai manusia biasa. Tapi beruntung, aku masih diberi kemampuan untuk memberi mimpi yang indah. Hanya padamu”

“Jadi…”

“Ne, akulah yang mengirim mimpi itu untukmu setiap malam. Membuatmu bahagia meski hanya dalam dunia tak nyata”

“Lalu bagaimana kehidupanmu setelah itu?”

“Aku menderita, hidupku begitu susah. Akhirnya karena tak tahan melihatnya sahabat baikku dari suku Lee turun dan menemaniku”

“Maksudmu…”

“Ne, Lee Hyukjae. Dia menemaniku, memberiku semangat dan berjuang bersamaku hingga aku bisa sesukses ini. Aku bersyukur pimpinan dewa masih memberi kemampuan intelektual padaku agar aku bisa tetap bertahan”

“Tapi, ini benar-benar mustahil. Bagaimana bisa ada hal seperti ini?” tanya Yoona dengan wajah bingung.

“Itu wajar” lembut, Donghae mengatakannya. “Kau ingat namja yang memberimu bunga saat kelulusanmu? Itu aku. Yang memberimu les privat setiap hari, itu juga aku. Bekal makan siang, dan cemilan lezat.. itu juga aku”

“Nde?! Kau… kau yang melakukannya?”

“Ne. Aku sudah mengawasimu selama 10 tahun untuk mengatakan kebenaran dan meminta maaf padamu. Agar aku bisa kembali ke langit. Tapi apa yang kudapat? Aku malah jatuh  cinta padamu dan memohon untuk tetap menjadi manusia biasa”

Wajah Yoona yang tadinya bingung mengeras seketika. Rasa malu berbaur dengan bahagia mulai mendominasi hatinya.

“Apa.. apa kau serius menyukaiku?”

“Ne, aku mencintaimu… sayangku” jawab Donghae canggung.

“Tapi, kenapa? Ada banyak yeoja yang lebih baik dariku di dunia ini”

“Tapi jika aku hanya mencintaimu.. aku harus apa? Tak ada yang bisa kulakukan selain menjadikanmu milikku”

“Mwo?”

“Kau tidak tahu? Pertemuan kita, pekerjaanmu… semua ideku. Dan mengenai komidi putar itu… sebenarnya aku mengusulkan hal itu untuk Ryusan karena aku tahu kau selalu suka komidi putar”

“Kalau begitu.. Busan..”

“Ne, itu rencanaku. Aku ingin kau mengingat orangtuamu dengan cara yang indah. Bukan dengan pikiran sedih dan sepi lagi”

Yoona benar-benar tak bisa menahan airmatanya saat itu juga. Ucapan Donghae benar-benar menyentuh hatinya. Ada rasanya begitu dalam yang memaksanya untuk menatap Donghae lekat.

Keduanya berpandangan lama. Saling melemparkan isyarat cinta lewat mata. Perlahan tapi pasti, Donghae mendekatkan wajahnya pada Yoona. Menyentuhkan bibirnya pada bibir tipis merah jambu milik Yoona.

“Saranghae… dan… Mianhae, Im Yoona” ujar Donghae ketika pautan mereka terlepas. Akhirnya… bisa juga dia meloloskan kalimat itu dari mulutnya.

Yoona tersenyum, menatap lembut Donghae lalu memeluknya erat. “Nado saranghae”

Donghae terang senang mendengarnya. Rasa yang begitu lama dia tahan diterima dengan baik oleh Yoona.

“Tapi, benar kau tak marah padaku?” tanyanya memastikan.

Yoona melepaskan pelukannya, mendongak dan menatap lekat Donghae lalu mengangguk. “Untuk apa aku marah? Memang sedih awalnya, tapi toh tak ada yang abadi di dunia ini. Cepat atau lambat akan ada jiwa yang datang dan pergi. Jika bukan melalui kau, pasti akan ada kejadian yang merengut nyawa ibuku. Semua sudah masuk dalam rencana Tuhan. Oppa hanya perantaranya saja” jawab Yoona dengan bijak.

Donghae tersenyum, lalu mengecup bibir Yoona dengan singkat namun hangat dan basah. “Sekarang aku tahu kenapa aku bisa jatuh cinta padamu. Kau benar-benar mengagumkan sayang. Tapi.. ada yang harus kau ralat dalam kata-katamu”

“Yang mana?” tanya Yoona bingung.

“Tentang tak ada yang abadi dalam dunia ini. Itu salah. Ada hal yang abadi, percayalah”

“Apa?”

“Cintaku untukmu, akan abadi selalu.. selamanya” ujar Donghae tersenyum. Lalu terkekeh saat melihat raut wajah malu-malu dari Yoona. Yeoja yang dia cintai dulu, kini, sekarang dan selamanya.

Terkadang, beberapa terlihat terjadi karena suatu kebetulan. Dan banyak orang menyalah pahami kebetulan tersebut, tanpa sadar kalau mungkin saja itu memang sudah berada dalam garis rencana Tuhan. Seperti yang terjadi pada Yoona dan Donghae. Kisah antara dua orang beda jenis yang sekarang telah resmi masuk dalam lingkaran romansa bernama cinta.

“Tapi, bisa kau jelaskan kenapa kau bisa berpelukan dan berciuman dengan Son Eunseo oppa?” tanya Yoona dengan nada cemburu.

Donghae terkekeh, senang melihat reaksi Yoona. Karena itu menandakan Yoona memang mencintainya.

“Dia tak sengaja akan jatuh karena higheelsnya patah, jadi aku menangkap tubuhnya dan membuatku membelakangimu saat itu makanya terlihat seperti aku menciumnya. Kau salah paham, aku benar-benar tak memiliki perasaan padanya”

“Jinja?” tanya Yoona dengan alis naik satu, menginterogasi Donghae.

“Tentu, sayang… Percayalah aku hanya mencintaimu” bujuk Donghae.

“Gombal” ujar Yoona dengan wajah malu.

Donghae tertawa, lalu memeluk Yoona erat. “Aigoo…. kekasihku benar-benar menggemaskan eoh?”

“Kekasih?” gumam Yoona.

“Ne, kau kekasihku sekarang” Donghae tampak mengeluarkan smirknya setelah itu. “Atau kau ingin segera jadi istriku?”

“Mwo?” Yoona nampak membulatkan matanya bingung.

“Ahh… kurasa itu ide bagus. Jadi bagaimana? Mau kan menjadi pendamping hidupku dan ibu dari anak-anakku kelak?”

Yoona diam dengan mata mengerjap berkali-kali. Dan Donghae gemas melihatnya.

“Ya sudah kalau begitu kau hanya kekasihku. Aku akan mencari calon istriku dulu sekarang” goda Donghae.

“Yak! Dasar playboy cap ikan! Aku akan mengulitimu jika kau berani mencari calon istri dan hanya menjadikanku kekasihmu!” amuk Yoona kesal.

Donghae terkekeh, lalu dengan cepat mengecup bibir Yoona. “Jadi kesimpulannya… kau mau ya?”

Yoona diam, mencari ketulusan di mata Donghae. Lalu setelah yakin, yeoja itu mengangguk dengan wajah malu. “Ne, aku mau”

Donghae tersenyum bahagia. Memeluk Yoona erat dan mengecup dahinya berkali-kali. “Akhirnya aku mendapatkanmu sayang… kini aku tak perlu mengirim mimpi indah untukmu karena aku kubuat kau memimpikan aku secara alami…”

“Aku menantinya, tuan Lee yang tampan”

“Aigoo… sudah pintar menggombal eoh?”

Keduanya tertawa, menikmati kebersamaan yang ada dengan segenap hati yang membuncah penuh kebahagiaan. Menghabiskan malam yang indah sambil berpelukan dalam hangatnya lindungan cinta.

Have a nice dream…

END

Aloha… kemarin ada yang request ff yoonhae? nah saya post ini… jangan lupa CLnya aja ya 😀

terus ada yang minta di bikin berchapter ya? Jujur, saya mau sih bikin.. tapi kebetulan ff yang lain belum kelar jadi entar aja ya.. pending dulu biar gak berantakan dan berakhir saya php-in kalian jadi buat pyros (bener gak nih?) harap bersabar ya… 😀

dan dan.. lagi dan lagi saya kembali bawa ff fantasy -_- maaf kalo rada ga suka.. soalnya saya suka banget bikin ff genre beginian.. tuh genre bikin saya bisa berimajinasi setinggi-tingginya dan sebebas-bebasnya.. makanya saya doyan hehehe tapi bagi yang ga suka khayalan saya.. ya maaf deh, beginilah gaya mengarang saya jadi maklumi ya..

udah deh, ini bacot makin banyak padahal ffnya udah puanjaaaang banget. keburu kalian ngamuk mending saya kabur aja deh..

sekian dan terimakasih 😀

54 pemikiran pada “[OS] Have A Nice Dream

  1. Gak nyangka hae oppa malaikat lh unn…

    Pas tahu hae oppa yg jd penyebab ortu yoona meninggl aku pikir.a karena hae oppa ngebunuh mereka ehehehe

    suka sm momen yoonhae >_< 😀

  2. Gak nyangka hae oppa malaikat lh unn…

    Pas tahu hae oppa yg jd penyebab ortu yoona meninggl aku pikir.a karena hae oppa ngebunuh mereka ehehehe

    suka sm momen yoonhae >_< 😀 ….

  3. ohh haeppa itu sblm’a malaikat
    ku kira dy penyebab kematian appa’a yoong eonnie tpi ternyata penyebab kematian umma yoong toh
    bnr2 gk di sangka klo eunhae itu malaikat
    story’a bgs aq suka and feel’a jg dpt
    wat ff yoonhae lg ya chingu
    gomawo

  4. Bener2 ngga nyangka kalau Donghae itu Malaikat. Aku kira sikap dia yg meresa bersalah ke Yoona itu, krna Donghae penyebab kematian ke 2 orang tua Yoona, misalnya kayak Kecelakaan atau apa gitu. Eh ternyata.
    Aq ngga liat Genrenya sih, jadi ngga kepikiran sampe kesini. Heheh

    ini Oneshoot kn? Tapi kenapa keren banget. Menurutku Ceritanya ngga terburu2 dan Endingnya juga ngga maksa. Pokoknya ffnya The best dah.

    Kapan2 bikinin ff YoonHae lagi ya, KyuNa, YoonHun, dan aah! Sekali2 pairingkan sam Lee Jongsuk atau ngga Lee Minho juga boleh, jarang2 tuh ff dengan pairing itu. Kkk
    mian banyak bacot. Ditunggu ff2 selanjutnya ya. Semangat!!

  5. Hihihi lebih suka pairing yoona sama sehun
    Tapi tetap ceritax bagusss
    EunHaeternyata malaikat, pantes tau semua tentang yoona
    Eommax yoona meninggal bukan karena donghae tp karena takdir hehehe
    Meskipun org tua yoona udh gk ada, donghae tetap setia menjaga yoona
    Sepuluh tahun akhirx cinta donghae terbalaskan
    Pokox ff author ini yg paling ku tunggu

  6. Aaaaahh my OTP 🙂
    awlnya bngung sm Hae dsni, oh trnyta dia mlaikat..
    Bgs thor ffnya..
    Oh y klo bleh req ff KyuNa yg married life dong 😀 hehe
    keep writing

  7. Awalnya aq pikir donghae penyebab appa nya yoona meninggl.ternyta dia malaikat yg terllu baik htnya mengabulkan doa se2org sampek meninggl.suka bgt konfliknya gk terllu berat.ditunggu ff yoonhae yg chapter ya.

  8. tak disangka dongek malaikat kkkkk
    aku kira appa yoona meninggal karna kecelakaan yg disebabkan oleh donghae 😮
    ternyata dongek yg nenyebabkan ibu yoona mati selamanya hehehe
    keren ffnya

  9. Pengenya tamatnya saat yoona dngan donghae publikasi hubungan mereka,aku penasaran saat mereka kekantor bersama sambil berpegangan tangan..huuu,thor kegantung banget

  10. keren (y) gak nyangka ternyata donghae bukan manusia tapi malaikat. keren deh pokoknya. setuju sama kamu thor.mending di selsai in dulu ff yg udH di post baru bikin lagi biar gak terbengkalai. ditunggu ff YH yg lain thor

  11. kyaaa, trnyata donghae oppa mantan malaikat tho,,
    n pnyebab ibu ny yoona mati donghae oppa., aduh, maklum malaikat amatir nih .. kekeke
    untung yoona ny jg berhati malaikat, jd dy gk dendam deh sm donghae…

    klo dijadiin chapter kyknya bgs saeng,, tp, y bner kt kmu, slesein dlu ff yg blm kelar,, fighting 🙂

  12. kyaaa…aku boleh ga gebukin authornya karena sukses bikin aku senyum” sendiri dan disangka orang gila.aigoo…thor ffmu keren bgt ternyata donghae malaikat akh donghae romantis bgt…kkk
    author bikin ff yoonhae lagi ya please aku suka bgt…fighting

  13. wuah.. ff baru lagi nih 😀
    dan sumpah ini keren banget thorrr… aku suka deh pokoknya!!
    endingnya, gak nyangka.. kamu emang jago banget bikin ff fantasy yang ringan untuk dibaca.. intinya ffmu ini jjang!! daebak!
    next ditunggu ffmu yang lain authornim
    gomawo 🙂

  14. yoonhae so sweet…jd hae oppa malaikat…trs nanti khidupan klnjutan yoonhae gi mn?al y hyuk oppa blng ktnya hae oppa hrs hati2 n inget hukumannya?pa hukuman yg dimaksud yaitu hae oppa diasingkn ke bumi tu?min lox bs da sequelnya khidupan yoonhae slnjutnya gi mn hehe

  15. sweeeeeeettttt abesssss ini thor 😀
    ga nyangka ternyata donghae itu malaikat.. kekeke sebenernya aku ketawa waktu baca adegan dia ngaku sebagai malaikat.. ngebayangin yoona melongo gitu waktu dengerin cerita donghae bikin aku ga berenti ngakak #readers aneh -_-
    terus aku setuju bgt sama prinsipmu yang lebih milih ngelanjutin ff yang ada dibanding ff baru.. itu bener banget malah!! soalnya aku suka rada sebel kalo mau baca ff berchapter, eh lanjutannya belum keluar.. udah bikin ff baru aja.. akhirnya terbengkalaikan tuh ff -_-
    ok, ini ff keren.. next bikin ff yang lebih keren lagi ya.. fighting!!!!!!!

  16. walaupun rada gak suka sama ini couple.. tapi gpp deh jadi hiburan dimalam sepi begini (lebay)
    ceritanya as always daebak.. author bertha sih emang jago banget bikin ff yang sukses membuat readersnya senyum gaje kayak orang gila.. apalagi kalo fantasy.. beuhh 100o jempol aja deh buat ffnya 😀
    next next kayaknya dibikin sequel bagus deh (modus)
    hehehe ditunggu ya ff ILUNMWAU sama not with me nya 😀
    fighting!!

  17. Aku kira ada rahasia apa antara donghae ama yoona.. Taunya,, rahasianya karna donghae bukan manusia biasa alias malaikat.. So sweet bgt deh moment mereka.. Ditunggu ff yoona lagi yang lainnya ya thor..!!

  18. Kirain Donghae yg ngebuat Yoona jd yatim piatu tuh krn
    dia yg buat Appanya Yoona kecelakaan,,,
    Yoona bijak bgt gaya ngomongnya, patut d contoh,,
    Genre fantasy tp bagus kok Saeng

  19. ceritanya bagus terus menyentuh pas pengalaman donghae jd malaikat. ditunggu ff yh lainya. dan annyeong aku baru sepertinya disini kayanya hehe 😉

  20. Yaeh yoonhae emank paling sweet!
    Ternya donghae seorang malaikat !
    Lee donghae memang rajanya tukang gombal!
    Nice story !
    Oy auhor emnk keren bgt klo bkin ff bergenre fatasy !
    Cayooo

  21. Suka bgt sma ceritanya (y)
    So sweet dn ga trduga
    Kirain awalnya donghae yg bnuh ortunya yoona, eh ternyata dy malaikat

    Bkin crita yoonhae lg ya thor
    FIGHTING!! 😀

  22. yoonhae so sweet bgt… suka sama ceritanya. aku kira donghae yg menyebabkan ayah yoona meninggal..
    ditunggu ff yh lainnya thor 🙂

Tinggalkan Balasan ke HaeNy Choi93 Batalkan balasan